Senin, 16 November 2009

Sabtu, 24 Oktober 2009

pacuan kuda

Hari Minggu kemarin saya pergi menonton pacuan kuda.

Karena kebetulan saya suka dengan kuda, kesempatan bagi saya melihat mereka dan mengerti bagaimana sih sebenarnya pacuan kuda itu? saya hanya pernah melihatnya di layar lebar.



Tiket masuk bisa dipesan maupun dibeli langsung di depan hipodromo. Kami diberi sebuah buku kecil yang berisi informasi jadwal pacuan, informasi tentang pacuan itu sendiri (uang yang akan dimenangkan, etc.), nama nama kuda yang dipertandingkan beserta data-datanya (umur kuda, jenis kelamin, asal, beratnya, nama jokinya, dsb.)

Kemudian sebelum pacuan pertama dimulai, di lapangan khusus, kuda-kuda itu dipertontonkan.


Kuda saat di pacuan dan kuda dipertontonkan sebelum bertanding.

Gunanya supaya hadirin bisa mengobservasi kuda nomer berapa yang akan dia pertaruhkan.

Dari saat dipertontonkan sampai saat kuda itu siap berpacu, hanya ada waktu sekitar 15 - 20 menit, maka bagi siapa yang akan bertaruh, dia musti cepat.

Setelah mengobservasi kuda-kuda itu sebelum bertanding, petaruh kemudian pergi ke loket untuk bertaruh kuda yang akan ia pertaruhkan. Taruhan minimum 2 dan 5 Euro.
Setelahnya, dia bisa langsung pergi ke lapangan pacuan untuk mendapatkan tempat.

Direkomendasikan membawa primastico (kekeran). Pada saat saya di sana, terkadang ada kuda-kuda yang sebelum bertanding ditarik dari pertandingan, alasannya mungkin karena ketidasiapan kuda itu sendiri, karena sakit misalnya.

Terdapat pula joki-joki perempuan dan pada saat saya di sana, pertandingan ke lima, dikhususkan untuk kuda-kuda betina - walaupun tentu ada pertandingan yang melibatkan kuda jantan dan betina. Yang saya dengar sana sini dari para penonton, kuda jantan biasanya lebih cepat larinya dari pada kuda betina.

Terkadang kuda yang sudah berumur dan dulunya sering menang bertanding, tidak boleh direndahkan. Contohnya si “Scorpion”, dengan umur 8 tahun, ternyata dia bisa sampai di urutan ketiga!

Setelah itu, kuda-kuda yang tadi dipertontonkan, dibawa oleh joki masing-masing ke box pacuan, dan siap untuk lari.

Dalam sehari, ada 5 pacuan. Dalam tiap pacuan bisa terdapat sampai 12 kuda yang bertanding.

Ada macam-macam cara bertaruh:
1. Pemenang
Bertaruh kepada kuda pemenang. Anda pilih salah satu kuda dan kuda ini harus sampai pertama di garis finis.

2. Colocado
Kuda yang anda pilih harus selesai:
-pada urutan antara 2 yang sampai pertama jika bertanding antara 6 dan 10 kuda
-salah satu di antara 3 yang pertama jika bertanding 11 atau lebih kuda.
Taruhan ini tidak berlaku jika hanya ada 5 atau kurang dari 5 kuda.

3. Gemela/kembar
Anda harus memilih 2 kuda dalam satu pacuan/pertandingan. Mereka harus menyelesaikan:
-pada urutan yang tepat pada taruhan anda (gemela no reversible)
contoh: anda bertaruh kuda nomer 5 (pemenang 1) dan kuda nomer 10 (pemenang II).
Anda akan menang taruhan jika hasil pertandingan tepat seperti apa yg anda pertaruhkan (sesuai urutan ketika anda bertaruh).
-Lalu alternatif ke dua, anda memilih 2 kuda yang keduanya harus sampai pada urutan 1 dan 2, urutannya bisa ditukar-tukar (Gemela reversible).
Dengan kata lain, jika anda memilih kuda nomer 5 dan kuda nomer 10, yang penting keduanya masuk garis final yang pertama dan kedua, tak penting urutannya siapa yang pertama atau siapa yang kedua.

3. Doble
Anda harus memilih dua kuda, satu dalam satu pertandingan dan yang lain pada pertandingan selanjutnya pada jurnal yang sama. Keduanya harus menang pada urutan pertama pada tiap pertandingan.

4. Trio no reversible
Anda harus memilih 3 kuda dalam satu pertandingan. Mereka harus sampai pada urutan pertama, kedua dan ketiga dengan urutan yang tepat sesuai dengan taruhan anda pada saat bertaruh. Ini agak sulit, direkomendasikan untuk mengkombinasi taruhan.

Setiap selesai berpacu, kuda-kuda itu juga dibawa ke tempat yang sama saat dipertontonkan. Setelah dibawa jalan berputar-putar, agar ototnya melemas dan mendinginkan tubuh kuda yang berkeringat.

Kemudian kuda pemenang dan pemiliknya mendapat piala (seperti halnya F1, he he).
Demikian ulasan singkat dari acara pacuan kuda ini.

sepeda gunung

Bersepada selain dapat menyehatkan, juga dapat turut berperan dalam mengurangi polusi udara (global warming). Beberapa pihak berupaya menggalakkan aktifitas ini, baik melalui komunitas Bike To Work (BTW) yang digagas forum independent ataupun Sego Segawe yang digagas resmi oleh Pemkot Yogyakarta (Sepada Kanggo Sekolah Lan Nyambut Gawe = Sepeda untuk sekolah dan Berkerja). Sepeda gunung atau mountain bike (MTB) merupakan salah satu jenis sepeda yang bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut, baik untuk kebutuhan olah raga, sekolah maupun bekerja. Untuk itu dalam pembelian sepeda gunung, sebaiknya anda mendasarkan pertimbangan pada fungsi kegunaan dan medan yang akan dialui. Berikut ini Tips membeli sepeda gunung:
Tips Praktis Membeli Sepeda Gunung (MTB)

1. Kenali Type Sepeda Gunung. Ada beberapa tipe sepeda gunung yang perlu anda kenali sebelum membeli, Yaitu tipe downhill (DH), Freeride (FR), Dirtjump (DJ), Cross Country (XC) dan All Mountain (AM). Pemilihan tipe sepeda sebaiknya anda sesuaikan dengan jenis aktifitas serta karakter madan yang akan anda tempuh. a) Tipe Downhill (DH) seperti gambar 1 dan 2, dirancang agar dapat melaju cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan gunung. Mampu menikung dengan stabil pada kecepatan tinggi dan selalu dilengkapi suspensi belakang untuk meredam benturan yang sering terjadi. Sepeda DH tidak mengutamakan kenyaman mengayuh karena hanya dipakai untuk turun gunung. Sepeda downhill juga lebih mengacu pada lomba, sehingga selain kekuatan, yang menjadi titik tekan dalam perancangannya adalah bagaimana agar dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para downhiller tidak mengayuh sepeda mereka namun diangkut dengan mobil. Tipe ini tidak efisien apabila dipergunakan di dalam kota maupun di jalur cross country. b) Tipe Freeride (FR) seperti gambar 3, Dirancang untuk mampu bertahan menghadapi drop off (lompatan) tinggi dan kondisi ekstrim sejenisnya. Bodinya kuat namun tidak secepat dan selincah tipe all mountain (AM) karena bobotnya yang lebih berat. Kurang cocok untuk dipakai jarak jauh. c) Tipe Cross Country (XC) seperti gambar 4, dirancang untuk lintas alam ringan hingga sedang. Didesain agar efisien dan optimal pada saat mengayuh dan menanjak di jalan aspal hingga jalan tanah pedesaan. Biasanya cukup dengan tipe Hardtail (suspensi depan). d) Tipe Dirt Jump (DJ) seperti gambar 5, didesain untuk melakukan aktifitas lompatan-lompatan tinggi dan extreme, seperti halnya sepeda-sepeda BMX. Bentuk frame DJ biasanya berkesan kokoh dan gaya, namun agak terasa berat untuk jalur menanjak. DJ untuk keperluan Cross Country, biasanya dikombinasi dengan menggunakan solusi berupa memperingan komponen-komponen penyusun lainnya seperti fork, velg ataupun crank. e) Tipe All Mountain (AM) seperti gambar 6, dirancang untuk lintas alam berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi medan berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Keunggulan all mountain ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai. Hampir semua sepeda AM bertipe full-suspension (suspensi depan dan belakang)

2. Bergabung dengan Forum Komunitas Sepeda. Untuk lebih memahami seluk beluk sepeda gunung, tidak ada salahnya anda bergabung terlebih dahulu dengan salah satu komunitas sepeda di lingkungan anda, bisa di lingkungan kerja, lingkungan kampus ataupun forum komunitas online di internet, seperti www.b2w-jogja.web.id , www.b2w-indonesia.or.id dan sejenisnya. Di forum tersebut, anda dapat mendengarkan, menanyakan sekaligus meminta saran dan pertimbangan segala hal tentang seluk beluk sepeda berdasarkan hands-on experience mereka, yang dapat anda jadikan dasar pembelian sepeda

3. Pembelian Model Custom atau Full Bike. Kedua faktor ini biasanya merupakan langkah awal dalam pembelian sepeda gunung, dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan pembelian model custom, anda dapat menentukan sendiri komponen-komponen penyusun dari sepeda anda, seperti model frame, jenis crank, tipe fork maupun merk shifter-nya. Pemahaman anda terhadap detil sepeda sangat diperlukan di sini. Untuk pemula yang akan menggunakan model pembelian ini, sebaiknya memerlukan rekan pendamping yang lebih paham (advance-level) detil sepeda gunung, agar pemilihan komponen bisa tepat dan nyaman dipergunakan. Sebaliknya dengan pembelian model Full Bike, pemula tidak terlalu dipusingkan oleh item-item komponen. Setiap merk biasanya sudah menyiapkan satu unit sepeda yang telah di kustomisasi (mix and match) sesuai standar pabrik, misalnya merk Giant, Specialized, KHS ataupun Polygon. Dengan demikian harganya juga bertingkat mulai dari low-end sampai high-end, dengan kisaran harga mulai dari sekitar 1.5 juta s/d puluhan juta rupiah, tergantung kustomisasi komponen penyusun sepeda gunung. Di sini anda perlu sedikit jeli, mengamati detil komponennya, terutama pada shifter, breaker dan crank. Jangan ragu untuk mencoba mengendarainya (test-drive) sebelum membeli untuk memastikan kombinasi komponen-komponen tersebut telah nyaman dan sesuai dengan Anda.

4. Pembelian Tangan Kedua (Second-Hand). Tidak hanya mobil atau motor, sepeda gunung pun bisa dibeli melalui tangan kedua (second-hand). Memang memperoleh second-hand sepeda gunung tidak semudah second-hand mobil/motor. Kuncin dari pemblian model ini adalah network yang luas dan sabar. Pergunakan network komunitas anda untuk memperoleh informasi tersebut. Karena biasanya publikasi penjualan sepeda gunung second hand berdasarkan obrolan dari-mulut-ke-mulut. Anda perlu bersabar dalam hunting sepeda gunung second-hand, mengingat tidak setiap hari orang menjual sepeda gunungnya. Jalan tengah yang sering ditempuh adalah dengan membeli komponen demi komponen yang dijual second-hand secara terpisah, untuk kemudian Anda satukan dan anda rakit menjadi 1 unit sepeda. Beberapa komponen sepeda gunung seperti frame, crank bahkan full bike jenis second hand juga sering ditawarkan melalui internet, baik dari show room di dalam negeri maupun luar negeri. Pembelian model ini sangat cocok untuk anda dengan anggaran terbatas.

5. Harga Pembanding. Setelah anda yakin dengan jenis sepeda gunung yang anda incar, jangan terburu-buru membeli. Cobalah sedikit mencari harga pembanding baik melalui beberapa toko di kota anda ataupun browsing melalui internet.

MotoGP

Rossi di Ambang Juara
Sabtu, 24 Oktober 2009 22:12 WIB | Olahraga | MotoGP | Dibaca 23 kali
Kuala Lumpur (ANTARA News/Reuters) - Valentino Rossi kini di ambang juara dunia MotoGP untuk ketujuh kalinya setelah dalam babak kualifikasi Grand Prix Malaysia, Sabtu, memecahkan rekornya sendiri dan akan start pertama untuk lomba hari Minggu.

Pembalap Italia itu, yang memimpin 38 poin di atas saingan terdekatnya Jorge Lorenzo, hanya perlu finis di posisi empat besar Minggu untuk memastikan gelar juara dunia lagi.

Di atas Yamaha, Rossi mencatat waktu putaran dua menit 00.518 detik, atau memecahkan rekornya yang dibuat di sirkuit Sepang Malaysia pada 2006 dengan selisih 0.087 detik.

Ia juga unggul lebih dari setengah detik dari Lorenzo yang mencatat 2:01.087.

"Target saya adalah mencatat di bawah 01.0 (2:01.00) tapi pada lap terakhir ternyata saya mampu lebih cepat," kata Rossi.

"Saya melihat di papan tertulis 00.5 dan saya berkata "ah seseorang mengalahkan saya". Tapi ternyata itu saya sendiri. Senang besok bisa start di posisi pertama," katanya.

Pembalap Spanyol Dani Pedrosa Minggu akan start di posisi tiga, sedangkan pembalap Australia Casey Stoner keempat.

Rekan senegara Rossi, Loris Capirossi yang berlomba di bawah bendera Suzuki, start di posisi lima, sedangkan posisi enam ditempati pembalap Spanyol Toni Elias dari tim Honda.

Lorenzo, yang harapan untuk menjadi juara dunia makin menjauh setelah mengalah kecelakaan pada GP Australia, menyatakan kecewa karena tidak bisa merebut start pertama meski hari sebelumnya ia sempat unggul.

"Hari ini bukan hari menyenangkan dalam hidup saya, namun besok merupakan lomba yang sebenarnya dan saya akan mencoba melakukan yang terbaik," katanya.(*)

COPYRIGHT © 2009

LARI

Rahasia Kecepatan Atlet Lari
Ismunandar (Departemen Kimia, FMIPA ITB)

Olimpiade 2004 baru saja berlalu. Perhatikan deh, prestasi atlet yang makin lama makin baik. Apa sih rahasianya?

Sprinter, misalnya, kecenderungannya dari Olimpiade satu ke Olimpiade berikutnya mencatatkan waktu yang semakin singkat saja (lihat gambar 1). Tahun 2000 lalu misalnya 9,87 detik (lebih lambat 0,03 detik dari yang tercatat di tahun 1996). Namun, bila dibandingkan dengan prestasi yang terukir di Olimpiade I tahun 1896 lebih baik 2,13 detik, sekitar 17 persen lebih cepat! Kimiawan telah turut andil untuk membantu para atlet mengukir prestasi itu, mulai dari mendesain bahan kaus yang enak dipakai sampai dengan bahan untuk track lari yang baik. Kimia juga diperlukan untuk mencari cara dan memonitor atlet selama proses training.

Salah satu contoh bagaimana kimia berperan diberikan di sini dalam pengukuran kadar ambang asam laktat. Kadar ambang asam laktat penting untuk ketahanan atlet selama training dan mempersiapkan kompetisi, bahkan juga saat proses kompetisinya.

Asam laktat

Untuk mengerti tes kadar asam laktat akan diulang kembali secara singkat bagaimana proses kimia dalam tubuh kita dalam mengubah energi kimia dalam makanan menjadi energi mekanik yang membuat otot kita berkontraksi. Energi yang menggerakkan tubuh kita, termasuk membuat otot kita berkontraksi, berasal dari molekul yang disebut ATP (adenosin tri fosfat), gugus adenosin yang mengikat tiga gugus fosfat. Ketika satu gugus fosfat lepas dari ATP akan dilepas energi sebesar 30 kJ, yang dapat digunakan antara lain untuk menggerakkan otot kita.

Nah, yang mengherankan, sebenarnya kita hanya mempunyai ATP yang relatif sedikit jumlahnya dalam otot kita. Bahkan, pelari yang paling jago sekalipun paling hanya mempunyai ATP yang cukup untuk lari dua detik. Tapi bagaimana para pelari itu mampu bertahan sampai lebih dari 9 detik? Atau kalau mau lebih penasaran lagi, bagaimana para pelari maraton bertahan sampai lebih dari dua jam?

Jawabannya adalah karena ATP itu dapat diregenerasi: ATP yang telah kehilangan satu fosfat (kini disebut ADP, adenosin di fosfat) dapat mengikat satu fosfat lagi kembali menjadi ATP. Tentu saja proses ini memerlukan energi sebesar 30 kJ. Dari mana energi ini berasal? Dari makanan, terutama dari karbohidrat. Salah satu cadangan karbohidrat dalam otot adalah glikogen, yang merupakan rantai molekul glukosa.

Tubuh kita mempunyai dua cara untuk mengambil energi dari glukosa, keduanya disebut dengan respirasi: yang pertama adalah aerobik (memerlukan udara) dan yang kedua anaerobik (tanpa udara). Proses aerobik mengubah glukosa C6 H12 O6 menjadi CO2 dan H2O dengan melepas energi 3.000 kJ, sedang yang proses kedua mengubah glukosa menjadi dua molekul asam laktat dan melepas energi 150 kJ.

Dalam keadaan normal kita bergantung pada proses aerobik. Namun, untuk para atlet saat sprint kalau hanya bergantung pada proses aerobik, kadar oksigen dalam aliran darah tidak akan cukup untuk menghasilkan energi yang dibutuhkannya. Oleh karena itu, proses anerobik menjadi penting. Karena proses anaerob berlangsung di otot akan terakumulasi asam laktat, yang menimbulkan rasa capai. Setelah aktivitas yang melelahkan sering dibutuhkan 30-40 menit untuk membersihkan asam laktat.

Menunda lelah

Beberapa atlet dikabarkan berusaha menunda timbulnya capai akibat penumpukan asam laktat dengan minum banyak soda bikarbonat sebelum pertandingan, yang selama ini legal. Karena soda (bikarbonat) bersifat basa, maka akan bereaksi dengan asam laktat dan mengurangi kadar asam laktat di otot. Namun, bisa diduga efek samping dari usaha ini. Reaksi asam laktat dan bikarbonat akan menghasilkan gas CO2, maka perut bisa terasa mual bahkan dapat menimbulkan kram.

Kadar asam laktat dalam darah dapat diukur dengan mudah, dengan suatu lembaran mirip mengukur pH dengan lakmus yang sering Anda gunakan di lab. Diperlukan tidak lebih dari satu tetes sampel darah untuk keperluan ini. Kadar asam laktat yang normal adalah 0,0045 sampai 0,09 gr/L, namun setelah aktivitas tinggi dapat mencapai 2,25gr/L!

Gambar 4 menunjukkan kadar asam laktat terhadap detak jantung (suatu ukuran intensitas aktivitas). Yang disebut batas ambang asam laktat adalah detak jantung saat kadar asam laktat mulai menanjak. Saat inilah proses anaerobik mulai ikut berperan. Untuk pelari jarak jauh, sangat penting mengetahui batas ambang ini. Pelari jarak jauh harus lebih bergantung pada proses aerobik. Karena bila kadar asam laktat akan menanjak dan tubuh melakukan proses anaerobik, maka ia tidak akan bertahan lama.

Untuk tetap bergantung pada proses aerobik, pelari jarak jauh itu selama bertanding harus menjaga detak jantungnya (yang berarti juga kecepatan larinya) di bawah detak yang menimbulkan kadar ambang asam laktat. Kebanyakan atlet memonitor detak jantungnya selama training agar ia dapat dengan tepat melakukan ini.

Training yang tepat dapat meningkatkan kadar ambang asam laktat. Orang biasa mempunyai kadar ambang pada 65 persen detak jantung maksimum sementara atlet yang menjalani training bisa mencapai 90 persen dari nilai maksimum.

Sekarang ini pada saat atlet sedang bertanding ia hanya baru dapat memonitor detak jantungnya, belum dapat memonitor kadar asam laktatnya. Alat untuk memonitor asam laktat akan segera ada, kemungkinan dengan cara penyinaran sinar inframerah ke kulit. Sensor seperti ini akan mirip gelang di tangan saja, seperti alat monitor kadar gula yang dikembangkan untuk para penderita diabetes.

Namun, tentu saja ada beberapa pihak yang keberatan. Beberapa pihak mengatakan, kalau semuanya termonitor apakah masih olahraga namanya? Menurut kita, yang seperti itu masih bisa disebut olahraga atau tidak? Gambar :

1. Catatan waktu sprint yang makin singkat dari Olimpiade ke Olimpiade.
2. Kelli white (kanan) memenangkan lomba lari 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletik de Paris dengan waktu 10,85 detik.
3. ATP dan ADP digunakan untuk konversi energi dalam tubuh makhluk hidup.
4. Kadar asam laktat sebagai fungsi detak jantung.

Sumber : Kompas (17 September 2004)

FUTSAL

U.S. FUTSAL FEDERATION News release July 12, 2009 Baltimore, Maryland -- The 24th Futsal National Championship Concludes After Four Days of Intense Competition!


futsal
National Champions Aztecas F.C.
(U16 Boys 2009 Futsal National Champions
from El Cerrito, California).
Picture courtesy of ActionShooters
Baltimore, Maryland -- The 24rd U.S. Futsal National Championship concluded Sunday, July 12th after four days of intense and exciting competition. The biggest, oldest and most prestigious Futsal competition ended with teams from 11 different states winning medals. "This is great news", said Alex Para, President of U.S. Futsal, "because it not only shows how much Futsal has grown, but how competitive it has become all across the United States". With the growth of Futsal accelerating so rapidly over the last eight years, so has this competition. For the second time, teams from the east coast dominated the competition, with teams from Maryland capturing the most medals, followed by Massachusetts, New Jersey and California. The
futsal
National Champions CJ Lazers F.C.
(U14 Girls 2009 Futsal National Champions
from Princeton, New Jersey).
Picture courtesy of ActionShooters
Men's Open competition was won by Safira F.C from Massachusetts, played against the DCFA from Maryland. DCFA. Both teams were comprised of many U.S. Futsal National Team players. Safira F.C. represents the seventh different state association to win the National Title in the last nine years. In the Women's Open category, SM Futsal Club from Maryland won its first title.

Badminton

Misteri Badminton

Tidak ada cabang olahraga yang memiliki banyak tanda tanya seperti bulutangkis. Sejarah awalnya, terutama dari mana cabang itu berasal, misalnya. Orang hanya mengenal nama badminton berasal dari nama sebuah rumah (kalau menurut ukuran Indonesia, sebuah istana) di kawasan Gloucestershire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton House, demikian nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju bentuknya yang sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik, Duke of Beaufort dan keluarganya pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga tersebut. Akan tetapi, Duke of Beaufort bukanlah penemu permainan itu. Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di kalangan atas dan kemudian menyebar. Badminton menjadi satu-satunya cabang olahraga yang namanya berasal dari nama tempat.

Yang kemudian menjadi tanda tanya adalah di Inggris ataukah di India mula-mula permainan seperti yang sekarang dilakukan? Bukti-bukti menunjukkan di Indialah mula-mula peraturan permainan olahraga ini ditulis. Ini terjadi tahun 1870-an.

Juga tanda tanya besar bagaimana nama permainan ini berubah dari battledore menjadi badminton. Nama asal permainan dua orang yang menepak bola ke depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya battledore. Asal mula permainan battledore dengan menggunakan shuttlecock (kok) sendiri juga misteri. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak “burung” itu ke depan dan ke belakang selama mungkin. Permainan macam ini sudah dilakukan kanak-kanak dan orang dewasa lebih dari 2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (Thailand), Yunani dan Cina. Di kawasan terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu abad pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock.

Pada abad ke-l6 permainan semacam itu terkenal diantara anak-anak. Pada abad berikutnya, permainan yang biasa disebut juga jeu de volant ini menjadi pengisi acara saat-saat luang di banyak negara Eropa. Kadang-kadang dimainkan oleh satu orang yang memukul-mukul atau menepak-nepak kok itu ke atas, dengan satu atau dua penepak kayu. Sebuah permainan lain yang hampir sama featherball (dengan bola dari kulit ayam yang lunak) dimainkan di Denmark, Jerman, Perancis, dan Swedia.

Permainan menggunakan kok memang mempunyai daya tarik tersendiri. Jika ditepak atau dipukul keatas maka begitu "jatuh" (menurun) kok akan melambat, memungkinkan orang mengejar dan menepaknya lagi ke atas. Yang menjadi tanda tanya, bagaimana bisa terbentuk kok seperti sekarang, ada kepala dengan salah satu ujung bulat dan di ujung lain yang datar tertancap belasan bulu sejenis unggas? Bahan-bahan untuk membuat kok memang sudah ada di alam. Bentuk kepala kok, yang bulat, sudah ada di sekitar kita, bisa ditemukan dalam buah-buahan atau batu. Pertanyaannya, bagaimana awalnya bulu-bulu itu bisa menancap ke kepala kok? Ada yang berpendapat, ketika orang sedang duduk di kursi dan di depannya meja tulis, dia melamun dan memikir sesuatu yang jauh. Tanpa disengaja dia mengambil tutup botol, yang terbuat dari gabus, dan kemudian menancap-nancapkan pena, yang ketika itu terbuat dari bulu unggas. Beberapa pena tertancapkan dan jadilah bentuk sederhana sebuah kok. Tentu ini tidak ada buktinya. Hanya kernudian memang terbentuk alat permainan seperti itu, yang sctiap kawasan berbeda bentuknya.

Apapun evolusi yang terjadi disekitar alat-alatnya, pada abad ke-19 permainan itu menyebar luas di kawasan pinggiran kota-kota Inggris. Rumah-rumah besar dengan ruangan-ruangan dan halaman luas menjadi tempat yang subur bagi permainan itu. Tidak terkecuali di Badminton House tadi. Keluarga Sommerset yang teiah tinggal di rumah itu sejak zaman Charles II kemudian mendapat anugerah gelar sebagai Duke of Beaufort. Di Badminton House itu kini masih ditemukan koleksi menarik peralatan permainan battledore dan shuftlecock-nya. Kok zaman itu dua kali lebih besar dan berat dibanding yang ada sekarang. Panjang "raket" atau battledore-nya sekitar setengah meter dengan kepala bulat. Tidak ada senar. Kayu penepak itu ditutup kertas kulit sehingga kalau seseorang memukul menimbulkan bunyi seperti orang memukul tambur. Begitulah bunyi yang terdengar jika di ruang depan (Front Hall) Badminton House sedang ada permainan battledore. Semua alat itu tersedia di istana ini dan orang yang akan main tinggal datang.

Pada tahun 1840-an dan 1850-an keluarga Duke of Beaufort Ke-7 paling sering menjadi penyelenggara permainan ini. Menurut Bernard Adams (The Badminton Story, BBC 1980) anak-anak Duke-tujuh laki-laki dan empat perempuan-inilah yang mulai memainkannya di Ruang Depan. Lama-lama mereka bosan permainan yang itu-itu saja. Mereka kemudian merentangkan tali antara pintu dan perapian dan bermain dengan menyeberangkan kok melewati tali itu. Itulah awal net. Akhir tahun 1850-an mulailah dikenal jenis baru permainan itu. Tahun 1860 itu ada seorang penjual mainan dari London-mungkin juga penyedia peralatan battledore - bernama Isaac Spratt, menulis Badminton Battledore-a new game. Tulisan di situ menggambarkan terjadi evolusi permainan itu di Badminton House.

Cerita-cerita di atas didapat dari keturunan Duke of Beaufort yang sekarang. Lain lagi dengan cerita Sir George Thomas, yang selama 70 tahun bergerak di bulutangkis, sebagai pemain dan organisator. Dia dengan jelas memberi waktu tahun 1863-68 sebagai perkiraan awal dari badminton. Ia mengatakan, pada suatu pesta hujan turun dan orang-orang berusaha mencari suatu kegembiraan baru dari permainan battledare yang biasanya. Salah seorang peserta pesta memiliki gagasan cermerlang. "Ia merentangkan tali melintas ruangan dan menyingkirkan semua mainan anak-anak dan badmiton, pada bentuknya yang paling awal, terwujud. Terbukti, hal itu sesuai dengan selera pesta itu dan kemudian menjadi hiburan yang biasa diselenggarakan di rumah itu ... dan rumah itu betapapun dipercaya sebagai asal permainan itu" kata tokoh yang kemudian menyumbangkan piala untuk diperebutkan bagi kejuaraan beregu putra, Piala Thomas. Sir Thomas lebih menyebut seorang pengunjung pesta dibanding keluarga Duke. Betapapun, kemudian keluarga Duke-lah yang memperkenalkan permainan ini ke masyarakat.

Itu versi yang menyebut Inggrislah sebagai asal permainan itu. Versi lain menyebut India sebagai asal badminton. Tertulis dalam sebuah naskah tentang peraturan Lawn Tennis, Croquet, Racquets etc yang terbit tahun 1883. Di salah satu bagian yang terdiri dari 10 halaman, pengarang menyebut badminton sebagai 'tenis lapangan yang dimainkan dengan shuttlecock dan bukan bola’. Dalam pembukaan dia menulis tentang sejarah singkat permainan itu dalam empat paragraph kecil 'badminton pertama kali dimainkan; saya percaya di India dan diperkenalkan ke Inggris oleh Duke of Beaufort pada musim panas tahun 1874'. Siapa yang menulis naskah itu tidak diketahui.

Encyclopedia Britannica edisi tahun 1911 menulis tentang badminton: “Permainan ini tampaknya muncul di Inggris sekitar tahun 1873, tetapi sebelum itu dimainkan di India, yang saat itu masih popular." Nah, keterangan itu makin menambah tanda tanya tentang asal muasal badminton. Dari India atau Inggris?

Ada keterangan, perwira-perwira Inggris yang bertugas di India memainkan permainan yang sejenis dengan badminton, tetapi lebih superior, yang dikenal dengan nama Poona. Karena sangat menyukai permainan yang cepat itu, mereka membawa pulang ke Inggris, lengkap dengan peralatannya, terutama kok-nya. Lalu beberapa perwira ini diundang Duke of Beaufort untuk memainkannnya di Badminton House. Dari situ lalu dikenalkan kemasyarakat luas. Tentara Inggris tampaknya memang yang banyak bergaul dengan badminton ini. Ketika mereka kembali ke Inggris dan pensiun mereka tetap memainkannya di kawasan permukiman tempat mereka menghabiskan masa pensiun mereka, kebanyakan di daerah pantai seperti South Sea dan Bath. Bukti tentang ini pun tidak lengkap, sehingga tidak bisa dikatakan benar-benar terjadi. Tampaknya, baik para perwira atau pegawai Inggris yang ke India maupun keluarga Duke of Beaufort dan para tamunya yang sering berkunjung ke Badminton House mempunyai andil untuk pengembangan badminton ini.

Permainan itu sendiri berkembang pesat di India dan menjadi favorit untuk di luar gedung. Demikian terkenalnya sehingga hari Minggu pun orang lupa untuk pergi ke gereja demi main badminton, yang biasa disebut 'Sunday badminton'. Badminton dimainkan di Madras, Bombay (kini Mumbay), dan Calcutta. Peraturan pertama dikenalkan di Poona pada tahun l873, meskipun permainan itu sendiri hanya berfungsi sebagai sarana pergaulan dan belum ada kompetisi. Mereka yang kembali ke Inggris kemudian lebih serius memainkan badminton. Merekalah - antara lain S. S. C. Dolby, J.H.E. Hart, Bagned Wild, dan G.W. Vidal - yang kemudian berangsur-angsur menyusun peraturan permainannya. Klub-klub pun muncul dan pada tahun 1893 mereka bersepakat membentuk Persatuan Badminton Inggris (Badminton Association of England) dalam suatu pertemuan di Southsea, Hampshire. Pada tahun 1898 diselenggarakan turnamen terbuka, khusus ganda, di Guilford. Inilah tahun pertama badminton memasuki era kompetisi. Setahun kemudian dilangsungkan kejuaraan All England. Pada yang pertama kejuaraan hanya berlangsung satu tanggal 4 April dengan mengambil tempat di London-Scottish Drill Hall di Buckingham Gate, London. Peraturan yang lengkap sendiri baru bisa disusun tahun 1901 . Di situ diatur antara lain tentang lapangan yang bentuknya seperti sekarang. Sebelum Perang Dunia I badminton memasuki masa emasnya. Majalah Badminton Gazette pun dibuat, tujuannya agar berita-berita badminton mendapat tempat yang lapang, tidak seperti sebelumnya yang hanya menjadi berita kecil di majalah tennis, The Field. Kejuaraan All England sendiri terus berlangsung dan hanya sempat terhenti tahun 1915-1919 karena terjadinya Perang Dunia I dan 1930- 1946 karena meletusnya Perang Dunia II.

Sebelum tahun 1900 badminton menyebar ke Irlandia dan Skotlandia pada tahun 1907 menyeberang ke jajahan Inggris yang jauh seperti Afrika Selatan, British Columbia (Kanada sekarang), dan bahkan Kepulauan Falklands (dikenal di sini dengan nama Kepulauan Malvinas) dan New York. Meski tahun 1908 berdiri klub di Hamburg, Jerman, tetapi perkem-bangan di daratan Eropa memang tidak menggembirakan. Pada tahun 1920-an badminton menyebar ke Eropa Utara, Amerika Utara, dan Asia. Tahun-tahun itulah badminton masuk Malaya (kini Malaysia dan Singapura). Juga tahun-tahun itulah badminton masuk Indonesia. Di Eropa, Denmark memberi warna tersendiri pada olahraga itu. Negeri ini menjadikan badminton sebagai olahraga musim dingin dan membuat fasilitas yang bagus dengan membuat lapangan di dalam gedung. Dalam sepuluh tahun, Denmark sudah menghasilkan juara All England. Yang menjadi pelopor di negeri itu adalah Hans dan Alksel Hansen. Keduanya berkeliling negeri itu mempopulerkan badminton dan bahkan kemudian ikut menyebarkan ke Norwegia dan Swedia.

Menyeberang Lautan Atlantik badminton hinggap di British Columbia tahun 1914 dan tahun 1920-an menyebar ke berbagai kota Kanada. Tahun 1921 Kanada mengadakan kejuaraan pertamanya. Badminton juga menyebar ke Amerika Serikat, dengan New York sebagai kota persinggahan pertama. Hollywood juga disinggahi, dan sempat dibuat film Good Badminton untuk mengembangkannya. Namun baru 1905 Badminton menarik banyak perhatian masyarakat. Tahun itu terselenggara Seri Dunia yang mempertemukan Jack Purcell dari Kanada dan Jess Willard dari AS. Sekitar 3000 penonton memadati gedung di Seattle ini, dengan Purcell menang 15-7, 15-6, 15-9 dalam pertandingan the best of five match. Penggemar pun makin banyak, tercatat di seluruh AS 20.000 pemain dan ini memungkinkan didirikannya pabrik kok sendiri. Tahun 1936 berdiri American Badminton Association. Kejuaraan pertama diselenggarakan tahun berikutnya.

Perkembangan badminton yang cepat menjadi olahraga dunia itu menuntut dibentuknya sebuah badan internasional. Pada bulan Juli 1934 dibentuk Federasi Bulutangkis Internasional (International Badminton Federation, IBF) dengan Inggris Raya (Inggris, Irlandia, Wales, dan Skotlandia), Denmark, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai negara pendiri.

Ke timur, perkembangan di India ternyata lebih lambat dibanding di Malaya. Negara jajahan Inggris ini membentuk Persatuan Badminton Malaya (Badminton Association of Malaya, kini Malaysia, BAM) tahun 1934. Perkembangan di Malaya cepat sekali. Pada tahun 1938 tercatat sekitar 25.000 pemain, hampir separuh jumlah di Inggri saat itu. Buku Badminton Malaysia, Sejarah dan Perjuangan yang ditulis Dr. A. Fadzin Che Wan (Ensimal(M)sdn Bhd 1993), menceriterakan badminton itu pada mulanya dimainkan di sekolah-sekolah misionaris yang terdapat di Pulau Pinang, Ipoh, Kuala Lumpur, Malaka, dan Singapura. Dicatat permainan itu masuk tahun 1809 di Pulau Pinang, dengan dimainkan oleh pegawai-pegawai East India Company (semacam VOC milik Inggris). Tahun 1885 para isteri pegawai memainkannya di Hotel E & O di Pulau Pinang ini. Tahun 1920-1923 Sir George Thomas melawat ke Pulau Pinang dan mendapatkan permainan itu sudah digemari masyarakat di situ. Tahun 1925 berdirilah Persatuan Badminton Pulau Pinang.

Badminton pun dengan cepat menyebar ke berbagai penjuru negara itu. Tahun 1930-an permainan itu makin terkenal dengan kepulangan pelajar-pelajar yang menuntut ilmu di Inggris. Tahun 1937 mereka sudah mengadakan Kejuaraan Terbuka Malaya dan tahun itu juga mereka bergabung dengan IBF. Ketika kejuaraan beregu Piala Thomas pertama kali diselenggarakan tahun 1948 Malayalah yang pertama merebutnya. Pemain Malaya yang pertama menjadi juara di All England adalah Wong Peng Soon pada tahun 1950.

Piala Thomas sendiri adalah sumbangan Sir George Thomas pada tahun 1939 setelah IBF menyepakati adanya sebuah kompetisi beregu putra. Sayangnya Perang Dunia II menghalangi pelaksanaan kejuaraan itu dan baru bisa berlangsung tahun 1948. Pada final di Queen's Hall di Preston tiga peserta bertarung: Denmark yang juara zona Eropa (menundukkan Inggris 8-1), Amerika Serikat yang juara zona Amerika (mengalahkan Kanada 8-1). Dan Malaya yang langsung ke final mewakili zona Pasifik mengalahkan AS 6-3 dan bertemu Denmark di final. Malaya menang 8-1. Mulailah dominasi Asia di cabang olahraga ini. Dalam sejarahnya yang sudah 22 kali dilangsungkan, tak sekali pun negara di luar Asia yang merebut Piala Thomas. Indonesia menjadi perebut terbanyak yaitu 13 kali diikuti Malaya/Malaysia lima kali dan Cina empat kali.

Ini berbeda dengan yang terjadi di kejuaraan beregu putri Piala Uber. Pada kompetisi untuk berebut piala dari Betty Uber yang mulai dilaksanakan tahun 1956 ini, Amerika Serikat menjadi juara tiga kali-tiga kali pertama kejuaraan itu. Selebihnya, 16 kali, negara-negara Asialah yang meraihnya. Cina paling banyak dengan tujuh kali, Jepang lima kali, dan Indonesia tiga kali.

Dalam percaturan di luar arena perlandingan, badan dunia bulutangkis sempat terpecah menjadi dua, IBF dan World Badminton Federation (WBF). Ini terjadi pada saat memuncaknya perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam pertarungan organisasi bulutangkis dunia, Blok Timur yang dipelopori Republik Rakyat Cina (RRC), membentuk WBF sebagai saingan IBF. Indonesia, meski beradadi kawasan Timur lebih condong ke Blok Barat meski tidak memutuskan hubungan dengan BlokTimur. Indonesia bahkan aktif dalam usaha mempersatukan kembali kedua organisasi itu. Tahun 1981 disepakati WBF melebur menjadi satu dengan IBF.

Persatuan inilah yang memungkinkan bulutangkis maju ketingkat yang lebih tinggi : Olimpiade. Meski sempat menjadi olahraga eksibisi di olimpiade Muenchen tahun 1972 (Indonesia antara lain diwakili Rudy Hartono), tetapi baru tahun 1992 dijadikan cabang resmi Olimpiade. Hasilnya: Di Olimpiade Barcelona itu Indonesia mengantongi dua medali olimpiade. Inilah emas pertama Indonesia di arena akbar olahraga sejak keikutsertaan di Olimpiade Helsinki tahun 1948.

Arena pertandingan tingkat dunia lain perlu mendapat catatan tersendiri. Kejuaraan beregu campuran (putra-putri) yang mulai diselenggarakan tahun 1989 memakai nama Bapak Bulutangkis Indonesia, Sudirman. Ketika pertama kali dipertandingkan di Jakarta tahun 1989 itu, Indonesialah yang merebutnya. Sesudah itu Cina empat kali membawanya pulang dan Korea tiga kali.

Untuk kejuaraan perseorangan, kejuaraan dunia IBF menyelenggarakan pertama kali tahun 1977 dengan tuan rumah Swedia. Pada kejuaraan di Malmoe ini Indonesia hanya merebut satu gelar yaitu ganda putra. Baru pada tahun 10980 ketika kejuaraan berlangsung di Jakarta, Indonesia membuat catatan tersendiri: merebut seluruh lima nomor yang dipertandingkan. Pada kejuaraan dunia tidak resmi All England, Indonesia juga mencatatkan salah seorang pemainnya sebagai pemegang rekor, Rudy Hartono merebut gelar delapan kali, dengan tujuh kali berturut-turut pada tahun 1968 sampai 1976. Ia gagal mencetak delapan kali berturut-turut tahun 1975 karena di final kalah dari SvenPri dari Denmark.

Kini bulutangkis telah menjadi olahraga dunia. Mutu permainanpun makin tinggi. Orang tidak bisa main-main lagi jika ingin menjadi tingkat tertinggi. Asia memang tetap mendominasi, tetapi Eropa, melalui Denmark terutama mulai memiliki pola permainan yang tidak jauh berbeda dengan Asia. Asiapun harus waspada.

Sumber: Sejarah Bulutangkis Indonesia (PB. PBSI 2004)

SWIMMING

Baseline training (BT), the foundation of an effective competitive athletics program, should be standardized and used at all levels to encourage development and progress of individual athletes. A data driven strategy, BT uses the collection and analysis of both quantitative and qualitative information to evaluate and adjust training methods.

As in all other sports, the objective of BT is to collect as much information relevant to every key area contributing to swimming success. This information can include but is not limited to:

* Breakout times - Streamlining / Starts and turns (every stroke)
* Timed turns
* DPS / Tempo
* Heart rate / Recovery speed
* Kicking - Speed and DPS (25's) Specific speed (100/200)
* Pulling (isolated)
* Specific speed (25's, 50's 100/200/500, ect)
* Specific Swim sets that measure recovery, endurance/aerobic capacity, pain tolerance / lactate tolerance, efficiency, pace, technical proficiency (video)
* Sample Baseline Trainine Templates

The information you collect should also include your favorite sets, but should be based on the USAS Training Categories and Training Design Guidelines. It's important that all swimmers entering your program from 4 years old to 100 realize that the information you collect is based on science and not on a whim.

The USAS has files of data from Olympic level swimmers on various sets as they were growing-up. This information can be used to compare your swimmers' progress to National caliber swimmers, and is just one example of how BT and data can become a motivational tool.

BT helps novice coaches understand that there is a method to the often presumed madness of swim training. The information a brand new swimmer acquires from his or her first coach is data that should serve as the benchmark for all future success. Every swimmer entering and exiting a program has concrete, standardized data that can be used by future coaches.

Baseline training (BT) gives coaches the information they need during the season to stress their athletes properly and at the correct time. Done correctly, BT will help coaches and athletes avoid plateaus during the season and take the guesswork out of tapering. Documenting every workout allows the coach to inspect yardage, drills, and sets so they can increase, change and adapt them to increase stress / effectiveness.

Baseline training begins when you help your swimmers develop specific goals / times for the season. Times can be garnered from preset standards (i.e. Olympic or National qualifying times, school records, varsity letter times, practice times / test sets, etc.). Goals will be tweaked as the season progresses and they must be realistic, meaningful, and challenging enough to cause you and the swimmer to celebrate them when they are reached. Help your swimmers set lofty goals because, as motivational speaker Les Brown puts it, "Shoot for the moon. Even if you miss, you'll land among the stars."

It's a mistake to rate the success of a practice or training strategy solely on how much yardage and/or pain the coach gets a swimmer to tolerate. Making a workout longer and more difficult is relatively simple. It makes more sense to rate training success to the training goals that are met during a practice. Baseline training helps coaches build a season plan that increases every swimmer's opportunities for success and will help move a program and swimmers to the next level.

The collection and analysis of your data not only identifies swimmer's strengths and weaknesses but it's critical for setting, resetting, experimenting and even scrapping, how your swimmers train. Baseline training involves practicing every day with measurable goals and objectives. BT helps guide most of the things your swimmers do and must be included as a dry-land and exercise strategy.

Urging a certain effort level from your swimmers takes on a new and exciting perspective when it is based on data. BT gives you data in hand and allows you to really coach. Now when you talk to your swimmers you can show them concrete data and give them suggestions on what they can do in and out of the water to improve.

By celebrating PRs in practice, swimmers become more motivated. Giving swimmers things like a jellybean for every practice PR (save the green ones for extra special accomplishments) adds excitement to training. If you prefer intrinsic rewards, hearty and honest praise works just as well for many swimmers. Collect data so you can identify great efforts, and make the process of recognizing excellence an important event to be shared by everyone.

Collecting data is time consuming but it must be done properly. If done sloppily, it can seem like a waste of time. Prevent a "waste of time" attitude by educating your swimmers before and during the season about the value of developing a comprehensive baseline of swimming data.

Baseline training will forever change your practices. Swimmers will be constantly looking at the clock and discovering boundaries set by their pain tolerance, dedication, aptitude and attitude. Coaches will also discover their strengths and shortcomings and stay motivated to find more effective training methods.

Post the collected data so it can be analyzed and tracked. Develop a routine so that specific sets / skills are performed on a consistent schedule. It is important to have a consistent routine to report and analyze data (see templates below), but you also need to be flexible. Flexibility allows the coach to refocus on different skills and training loads as warranted. A flexible style lets you adapt calmly so that your swimmers gain confidence in your coaching.

RUNNING AND JOGGING

Whenever I'm training for a marathon, I always know when I'm getting close to race day because the marathon nightmares begin. Sometimes I dream that I'm late for the marathon because I forgot to set my alarm or I mixed up the a.m. and p.m. on the alarm clock (just like that Seinfeld episode). Or, I show up on time, but I don't have my running shoes, or another critical item, like my race bib.

It's very common for runners to have anxiety dreams about a race, whether it's their first or their fortieth. But there are things you can do to try to control your pre-race nerves and limit those crazy dreams. Try some of these ideas:

Be prepared. Part of being ready for your race is obviously making sure you do the proper training. But you can do other things to help feel better prepared for your race, which can lower your pre-race anxiety levels. For example, many runners like to study the course map so they know exactly what to expect and where. If you know where the aid stations are on the course, you'll feel less anxious about staying hydrated during your race.

Start packing. If you're traveling to a race and you're anxious about forgetting an important race item, start packing early and use a checklist to make sure you're not missing anything. Waiting until the last minute to get ready for a race will only increase your anxiety.

Use visualization. A couple of weeks before your race, begin visualizing yourself starting the race, running in it, and crossing the finish line. Picture what you'll be wearing, who will be watching you, and how you'll feel when you hear people cheering as you cross the finish line. Why does this help reduce your anxiety? You'll be eliminating -- or at least minimizing -- the fear of the unknown, which is a huge cause of stress. By imagining yourself running your race, you're familiarizing yourself with what might happen, as well as how you may react.

LATIHAN SERAKBOLA

[sport] Latihan Sepakbola

Aris Setiawan
Mon, 13 Sep 1999 18:07:52 -0700

> Agaknya sekarang saya sedikit memahami, kenapa persepakbolaan di tanah air
> mempunyai prestasi yang sangat memprihatinkan. Tulisan ini bukan merupakan
> kritik atau kecaman, tetapi merupakan hasil kontemplasi yang mungkin bisa
> dipikirkan kemudian. Tidak ada sedikit pun keinginan di hati kami untuk
> menyinggung pihak-pihak yang berkepentingan di dunia persepakbolaan.
>
> Seperti kita tahu, sepakbola adalah olahraga yang sangat merakyat di
> Indonesia, sehingga hampir sebagian besar orang Indonesia gemar akan
> olahraga ini (yang sebagian kecil, termasuk saya, tidak). Karena sangat
> merakyat, maka banyak sekali yang ingin bermain sepakbola.
>
> Namun ini adalah suatu kontradiksi, olahraga paling populer di tanah air
> ternyata prestasinya sangat memble. Jangankan bertanding di kelas dunia,
> di
> kelas regional pun masih keteter dibanding negara tetangga. Sangat jauh
> memperhatikan permainan sepakbola nasional, dibandingkan misalnya dengan
> Liga Inggris yang begitu cantik, menarik serta penuh teknik sepakbola dan
> strategi yang canggih.
>
> Mengapa terjadi kontradiksi seperti itu? Bukankah seyogyanya karena
> sepakbola populer di Indonesia, maka banyak yang ingin bermain sehingga
> bisa
> dijaring pemain-pemain berbakat? Tetapi nyatanya tidak begitu,
> persepakbolaan Indonesia masih kalah jauh dibanding negara-negara lain.
>
> Menurut saya, salah satu faktor yang sangat menentukan prestasi olahraga
> adalah konsep latihan (training) itu sendiri. Di dunia sepakbola nasional
> (apalagi lokal), yang disebut dengan latihan sepakbola lebih sering hanya
> "bermain sepakbola". Latihan sepakbola hanya dianggap sekedar berkumpul,
> tendang2 bola sebentar lalu langsung "bermain sepakbola" sebelas lawan
> sebelas di lapangan.
>
> Bisa dibayangkan, dalam satu kali "bermain sepakbola", berapa kali
> rata-rata
> seorang pemain menendang bola? Mungkin hanya 10-20 kali saja, dan semakin
> "berbakat" seseorang, dia akan semakin menonjol, tetapi bagi yang "kurang
> berbakat" akan semakin tertinggal. Karena dilatih untuk "bermain
> sepakbola",
> maka teknik sepakbola pun tidak berkembang.
>
> Apakah pola latihan seperti itu yang terjadi di "football clinic" negara
> maju?
>
> Di Indonesia, jarang sekali pemain-pemain sepakbola dilatih teknik bermain
> sepakbola yang baik dan benar, seperti latihan menendang bola, latihan
> mengoper bola, latihan menggiring bola, latihan "one-touch football",
> latihan footwork dll. Padahal di negara-negara lain, latihan-latihan dasar
> seperti itu merupakan menu utama dalam suatu latihan sepakbola. Paling
> tidak, dengan latihan dasar, para pemain bisa latihan menendang bola 100
> kali, menggiring bola 50 kali dan mengoper bola 50 kali, bahkan mungkin
> lebih. Latihan seperti ini akan sangat meningkatkan kualitas teknik pemain
> sepakbola.
>
> Bahkan di "football clinic", terutama buat anak-anak, mereka ditekankan
> untuk latihan dasar teknik sepakbola, seperti: menendang, mengoper,
> menggiring serta penguasaan bola. Belum ada "bermain sepakbola" beneran,
> paling kalau ada pun mereka bertanding 3 lawan 3 atau 5 lawan 5, sehingga
> mereka bisa lebih intensif berlatih penguasaan bola, pengoperan serta
> footwork skill-nya.
>
> Yang lebih memprihatinkan lagi adalah bahkan latihan fisik hampir
> ditinggalkan sepenuhnya, sehingga fisik pemain sepakbola Indonesia
> rata-rata
> sangat lemah dan mempunyai napas yang pendek. Terkecuali pemain-pemain
> tertentu yang mempunyai talent dan fisik yang sangat baik.
>
> Salam Bola,

Senin, 19 Oktober 2009




Free Blog Calendar